Jika si A mengelola uangnya dengan susunan sebagai berikut :
1. Gaji tiap bulan Rp 7,000,000 di se tahunkan menjadi Rp 84,000,000
2. Biaya suami + istri Rp 2,400,000 di se tahunkan menjadi Rp 28,800,000
3. Biaya anak Rp 500,000 di se tahunkan menjadi Rp 6,000,000
4. Biaya lain-lain Rp 1,000,000 di se tahunkan menjadi Rp 12,000,000
5. Tidak memiliki hutang.
Maka probabilitas 6 tahun ke depan si A akan mengalami kebangkrutan. Loh, kenapa bisa begitu sementara dia masih memiliki sisa uang senilai Rp 3,100,000 atau Rp 37,200,000 apabila di se tahunkan ?
Coba kita lihat ilustrasi berikut ini :
Terbukti bukan bahwa si A akan mengalami kebangkrutan 6 tahun ke depan. Si A akan mengalami kebangkrutan karna uangnya tergerus oleh pertumbuhan beban sebanyak 20% tiap tahunnya.
Penggerusan ini terjadi karna inflasi. seperti kasus diatas, si A saat ini merasa nyaman dengan pengeluaran dengan total Rp 3,900,000 per bulan atau Rp 46,800,000 per tahun tapi angka Rp 46,800,000 tersebut akan berubah nilainya di tahun depan karna adanya inflasi (kenaikan/penurunan harga-harga). jadi beban si A akan bertambah nilainya meskipun barang atau kebutuhannya itu-itu saja sementara si A tidak memiliki penghasilan tambahan.
Data-data negara kita bisa dilihat pd web ini tradingeconomics. Pada web tersebut bisa dilihat bahwa Indonesia inflation rate saat ini menunjukan angka 3.65 yang artinya secara rerata harga-harga mengalami kenaikan sebanyak 3.65% yang mana angka tersebut terus berubah tiap tahun. Jika angkanya + (plus) maka artinya harga-harga mengalami kenaikan atau disebut inflasi dan jika nilainya - (minus) maka artinya harga-harga mengalami penurunan atau disebut deflasi. Namun dalam ilustrasi diatas saya menggunakan tingkat inflasi sebanyak 20% per tahun dengan alasan bahwa angka inflasi tersebut terkesan tidak real jadi membuat rasa tidak nyaman. seperti contoh, uang sekolah di zaman kita dulu berapa nilainya dan uang sekolah anak zaman sekarang berapa nilainya ? oleh sebab itu saya menggunakan angka 20% sebagai patokan inflasi.
Dalam sejarah negara Indonesia pernah tercatat angka inflasi sebesar 80% di tahun 1998 disaat terjadi krisis ekonomi.
Sekarang coba kita lihat lagi jika si A melakukan investasi untuk menambah penghasilannya agar uangnya tidak tergerus oleh inflasi yang sebesar 20%. Usaha si A memiliki return investasi sebesar 10% dan si A tidak berhutang apa pun. suku bunga saat ini 5.75% dan yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun adalah 5.16%. data ada pada website tradingeconomics.
Ternyata dalam tempo 7 tahun ke depan si A bangkrut, uangnya minus. kenapa bisa, kan si A sudah berinvestasi dengan return 10%, bahkan angka 10% tersebut lebih besar dari suku bunga dan yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun dan bahkan si A tidak memiliki hutang ?
Hal ini bisa dijelaskan, bahwa return investasi si A terbilang kecil dibanding inflasi yang menggerus uangnya meskipun si A tidak memiliki hutang apa pun. He can't beat the inflation.
Saya pribadi memiliki satu tips untuk mencari berapa return yang mesti kita cari. kalikanlah angka inflasi yang 20% tersebut dengan angka 2.75 atau kalikanlah angka inflasi yang tercatat pada website tradingeconomics dengan 2.75. Artinya kita mesti mencari return investasi sebanyak 2.75 kali lebih besar dari inflasi.
Ilustrasi selanjutnya akan memperlihatkan si A melakukan investasi sebanyak 2.75 kali dari inflasinya, yaitu 20% x 2.75 = 55% dan si A tidak menggunakan hutang.
Nah kali ini si A berhasil jadi orang sukses, uangnya bertambah terus. His money can beat the inflation. Pada tahun ke 6 uangnya menjadi Rp 735 juta dan di tahun ke 10 uangnya menjadi Rp 3.1 miliar. Pendapatan yang meroket margin yang juga meroket. Bravo untuk si A. Selamat ya A.
Bagaimana jika si A mengambil hutang tiap tahunnya, mungkin hutang untuk beli rumah atau kendaraan ? bisa saja jika dia mampu mengalahkan inflasi dan yang terpenting dia tidak gegabah dalam mengambil besaran porsi hutangnya. Ingat pepatah lama " uang masuk mesti lebih besar dari uang keluar ". Saya juga memiliki tips untuk hal ini :
1. Berhutanglah untuk sesuatu hala yang nilainya berkemungkinan naik atau untuk sesuatu hal yang mampu memberikan tambahan uang masuk untuk kita.
2. Besaran porsi hutang bisa dikalikan dengan 0.18 dari return investasi. Kecil memang tapi perlahan-lahan nilainya akan naik sendiri sesuai dengan kenaikan income kita.
Jadi jika return investasi kita 55% maka 55% x 0.18 = 9.90%, dibulatkan menjadi 10%.
Sekarang kita lihat ilustrasinya
Dari ilustrasi diatas dimana si A mengambil porsi hutang sebanyak 10% dari laba kotornya tiap tahun tahun, maka si A mampu untuk membayar cicilan senilai Rp 3,700,000 untuk th ini atau senilai Rp 310,000 per bulan selama Th ini. dan si A mampu untuk mencicil hutang senilai Rp 50.6 juta di tahun ke 10 atau senilai Rp 4.2 juta per bulan di tahun ke 10.
Lihatlah grafik cicilan hutang/bln yang terus naik meskipun si A hanya mengambil porsi 10% dari laba kotornya atau 0.18 kali dari return investasinya. Tapi lihat juga grafik margin si A yang berwarna merah dan hijau, grafiknya melengkung yang memberi arti bahwa marginnya tergerus oleh hutang. Ini PR ( home work ) si A untuk menjaga hutang agar tidak menggerus uangnya di kemudian hari yang bisa menyebabkan si A menjadi bangkrut karna berhutang.
Kesimpulan :
1. Jangan habiskan uang untuk hal yang tidak perlu. Kodisikan uang masuk selalu lebih besar dari uang keluar.
2. Berinvestasilah dengan return yang mampu beat the inflation.
3. Jagalah hutang agar tidak beat uang kita
Dari ilustrasi-ilustrasi diatas saya jadi berfikir, bagaimana nasib PNS atau buruh-buruh yang dibayar murah dan tidak melakukan investasi ? dan apa yang akan dilakukan oleh mereka untuk membiayai hidup jika tidak mau berinvestasi ? perampokan dimana-mana atau korupsi dimana-mana ?
Jagalah uang kita agar bisa terus menyambung hidup dijalan yang benar dan akhirnya bisa terus menyembah TUHAN kita masing-masing.
Link download tools excl diatas Download .
1. Gaji tiap bulan Rp 7,000,000 di se tahunkan menjadi Rp 84,000,000
2. Biaya suami + istri Rp 2,400,000 di se tahunkan menjadi Rp 28,800,000
3. Biaya anak Rp 500,000 di se tahunkan menjadi Rp 6,000,000
4. Biaya lain-lain Rp 1,000,000 di se tahunkan menjadi Rp 12,000,000
5. Tidak memiliki hutang.
Maka probabilitas 6 tahun ke depan si A akan mengalami kebangkrutan. Loh, kenapa bisa begitu sementara dia masih memiliki sisa uang senilai Rp 3,100,000 atau Rp 37,200,000 apabila di se tahunkan ?
Coba kita lihat ilustrasi berikut ini :
Terbukti bukan bahwa si A akan mengalami kebangkrutan 6 tahun ke depan. Si A akan mengalami kebangkrutan karna uangnya tergerus oleh pertumbuhan beban sebanyak 20% tiap tahunnya.
Penggerusan ini terjadi karna inflasi. seperti kasus diatas, si A saat ini merasa nyaman dengan pengeluaran dengan total Rp 3,900,000 per bulan atau Rp 46,800,000 per tahun tapi angka Rp 46,800,000 tersebut akan berubah nilainya di tahun depan karna adanya inflasi (kenaikan/penurunan harga-harga). jadi beban si A akan bertambah nilainya meskipun barang atau kebutuhannya itu-itu saja sementara si A tidak memiliki penghasilan tambahan.
Data-data negara kita bisa dilihat pd web ini tradingeconomics. Pada web tersebut bisa dilihat bahwa Indonesia inflation rate saat ini menunjukan angka 3.65 yang artinya secara rerata harga-harga mengalami kenaikan sebanyak 3.65% yang mana angka tersebut terus berubah tiap tahun. Jika angkanya + (plus) maka artinya harga-harga mengalami kenaikan atau disebut inflasi dan jika nilainya - (minus) maka artinya harga-harga mengalami penurunan atau disebut deflasi. Namun dalam ilustrasi diatas saya menggunakan tingkat inflasi sebanyak 20% per tahun dengan alasan bahwa angka inflasi tersebut terkesan tidak real jadi membuat rasa tidak nyaman. seperti contoh, uang sekolah di zaman kita dulu berapa nilainya dan uang sekolah anak zaman sekarang berapa nilainya ? oleh sebab itu saya menggunakan angka 20% sebagai patokan inflasi.
Dalam sejarah negara Indonesia pernah tercatat angka inflasi sebesar 80% di tahun 1998 disaat terjadi krisis ekonomi.
Sekarang coba kita lihat lagi jika si A melakukan investasi untuk menambah penghasilannya agar uangnya tidak tergerus oleh inflasi yang sebesar 20%. Usaha si A memiliki return investasi sebesar 10% dan si A tidak berhutang apa pun. suku bunga saat ini 5.75% dan yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun adalah 5.16%. data ada pada website tradingeconomics.
Ternyata dalam tempo 7 tahun ke depan si A bangkrut, uangnya minus. kenapa bisa, kan si A sudah berinvestasi dengan return 10%, bahkan angka 10% tersebut lebih besar dari suku bunga dan yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun dan bahkan si A tidak memiliki hutang ?
Hal ini bisa dijelaskan, bahwa return investasi si A terbilang kecil dibanding inflasi yang menggerus uangnya meskipun si A tidak memiliki hutang apa pun. He can't beat the inflation.
Saya pribadi memiliki satu tips untuk mencari berapa return yang mesti kita cari. kalikanlah angka inflasi yang 20% tersebut dengan angka 2.75 atau kalikanlah angka inflasi yang tercatat pada website tradingeconomics dengan 2.75. Artinya kita mesti mencari return investasi sebanyak 2.75 kali lebih besar dari inflasi.
Ilustrasi selanjutnya akan memperlihatkan si A melakukan investasi sebanyak 2.75 kali dari inflasinya, yaitu 20% x 2.75 = 55% dan si A tidak menggunakan hutang.
Nah kali ini si A berhasil jadi orang sukses, uangnya bertambah terus. His money can beat the inflation. Pada tahun ke 6 uangnya menjadi Rp 735 juta dan di tahun ke 10 uangnya menjadi Rp 3.1 miliar. Pendapatan yang meroket margin yang juga meroket. Bravo untuk si A. Selamat ya A.
Bagaimana jika si A mengambil hutang tiap tahunnya, mungkin hutang untuk beli rumah atau kendaraan ? bisa saja jika dia mampu mengalahkan inflasi dan yang terpenting dia tidak gegabah dalam mengambil besaran porsi hutangnya. Ingat pepatah lama " uang masuk mesti lebih besar dari uang keluar ". Saya juga memiliki tips untuk hal ini :
1. Berhutanglah untuk sesuatu hala yang nilainya berkemungkinan naik atau untuk sesuatu hal yang mampu memberikan tambahan uang masuk untuk kita.
2. Besaran porsi hutang bisa dikalikan dengan 0.18 dari return investasi. Kecil memang tapi perlahan-lahan nilainya akan naik sendiri sesuai dengan kenaikan income kita.
Jadi jika return investasi kita 55% maka 55% x 0.18 = 9.90%, dibulatkan menjadi 10%.
Sekarang kita lihat ilustrasinya
Dari ilustrasi diatas dimana si A mengambil porsi hutang sebanyak 10% dari laba kotornya tiap tahun tahun, maka si A mampu untuk membayar cicilan senilai Rp 3,700,000 untuk th ini atau senilai Rp 310,000 per bulan selama Th ini. dan si A mampu untuk mencicil hutang senilai Rp 50.6 juta di tahun ke 10 atau senilai Rp 4.2 juta per bulan di tahun ke 10.
Lihatlah grafik cicilan hutang/bln yang terus naik meskipun si A hanya mengambil porsi 10% dari laba kotornya atau 0.18 kali dari return investasinya. Tapi lihat juga grafik margin si A yang berwarna merah dan hijau, grafiknya melengkung yang memberi arti bahwa marginnya tergerus oleh hutang. Ini PR ( home work ) si A untuk menjaga hutang agar tidak menggerus uangnya di kemudian hari yang bisa menyebabkan si A menjadi bangkrut karna berhutang.
Kesimpulan :
1. Jangan habiskan uang untuk hal yang tidak perlu. Kodisikan uang masuk selalu lebih besar dari uang keluar.
2. Berinvestasilah dengan return yang mampu beat the inflation.
3. Jagalah hutang agar tidak beat uang kita
Dari ilustrasi-ilustrasi diatas saya jadi berfikir, bagaimana nasib PNS atau buruh-buruh yang dibayar murah dan tidak melakukan investasi ? dan apa yang akan dilakukan oleh mereka untuk membiayai hidup jika tidak mau berinvestasi ? perampokan dimana-mana atau korupsi dimana-mana ?
Jagalah uang kita agar bisa terus menyambung hidup dijalan yang benar dan akhirnya bisa terus menyembah TUHAN kita masing-masing.
Link download tools excl diatas Download .