Skema Investasi

Skema Investasi
Skema Investasi

Ekonomi Cycle

Ekonomi Cycle
Source : http://www.fxwords.com/f/fundamental-analysis.html

Indonesia InterBank Rate

Indonesia Total Car Sales

Indonesian 10Yr Bond Yield

Jakarta Stock Exchange

Fx Info Box

Fx Weekly Range

Fx Monthly Pip Banked

Selasa, 17 April 2012

Fakta Penjajahan USA atas Indonesia: Tambang Emas-Perak & Tembaga Freeport di Papua

Freeport adalah pertambangan emas terbesar di dunia! Namun termurah dalam biaya operasionalnya. Sebagian kebesaran dan kemegahan Amerika sekarang ini adalah hasil perampokan resmi mereka atas gunung emas di Papua tersebut. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. Mereka ini tidak lebih baik daripada seekor lintah! Akhir tahun 1996, sebuah tulisan bagus oleh Lisa Pease yang dimuat dalam majalah Probe. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC. Judul tulisan tersebut adalah “JFK, Indonesia, CIA and Freeport.”
Walau dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di negeri ini sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Dalam tulisannya, Lisa Pease mendapatkan temuan jika Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959.
Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Ditengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.
Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.
Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur meneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah spertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda, akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.
Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.
Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!
Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.
Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.
Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.
Augustus C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya.

http://berita/. liputan6. com/progsus/ 200209/41945/ class=%27vidico% 27

Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C.Long juga aktif di Presbysterian Hospital di NY dimana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.
Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pemimpin Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.
Pease mendapatkan data jika pada Maret 1965, Augustus C.Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Augustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di Negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend.
Salah satu bukti sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jendral Suharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.
Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengekplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka.
Sebab itulah, ketika UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport!. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.
Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.
Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik Jim Bob Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun.
Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis sebuah buku berjudul "Grasberg" setelab 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar didunia.
Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia!!
Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapur a sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. Ini sungguh-sungguh perampokan besar yang direstui oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang!!!
Kesaksian seorang reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara. Dengan helikopter ia meliput gunung emas tersebut yang ditahun 1990-an sudah berubah menjadi lembah yang dalam. Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua yang sampai detik ini masih saja hidup bagai di zaman batu.
Freeport merupakan lading uang haram bagi para pejabat negeri ini, yang dari sipil maupun militer. Sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Freeport McMoran senidir telah menganggarkan dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih dahulu. [sa] Subhan Hassannoesi
Aktivis Dakwah Papua yang juga anggota Majlis Muslim Papua ( MMP )
http://ahmadsamantho.wordpress.com
Copy paste dengan Source.

Kamis, 05 April 2012

BBM

Artikel dari kompas dengan Source

Mari Menghitung Harga Bahan Bakar Minyak Secara Sederhana

 

Beberapa hari ini berita tentang rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak atau biasa disebut BBM banyak sekali menghiasi media massa di Indonesia baik media cetak maupun elektronik. Opini serta tanggapan dari berbagai kalangan muncul di berbagai tulisan baik yang pro maupun kontra akan kenaikan BBM yang disubsidi oleh pemerintah. Tulisan ini tak hendak memperkeruh tulisan-tulisan lain atau opini yang sudah dimunculkan oleh berbagai kalangan di media massa melainkan hanya memberi pandangan secara sederhana apa dan bagaimana seharusnya bahan bakar minyak itu dikonsumsi.
Salah satu mantan Menteri Perekonomian di masa Presiden Abdurrahman Wahid yaitu Bapak Kwik Kian Gie telah menjelaskan konsep perhitungan harga BBM bersubsidi, namun ada kalanya kita harus mendefinisikan arti kata subsidi tersebut. Apakah itu subsidi? Dan mengapa subsidi itu harus diberikan pada masyarakat? Subsidi bahan bakar minyak pada awalnya adalah dorongan pemerintah pada masa Presiden Soeharto kepada masyarakat untuk beralih menggunakan minyak tanah atau kerosene pada awal tahun 1970 untuk mengganti bahan bakar rumah tangga waktu itu dari kayu bakar. Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak masih umum digunakan masyarakat kala itu terutama di pedesaan, khawatir akan kerusakan alam dan akibat penebangan kayu secara berlebihan maka pemerintah kala itu mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan minyak tanah dimana harganya akan disubsidi pemerintah mulai dari lifting, produksi, penyulingan, dan distribusi akan ditanggung oleh pemerintah mengingat harga minyak dunia tahun 1970 sempat mencapai 13 USD/barrel akibat krisis politik di Timur Tengah menyusul embargo Arab Saudi terhadap Amerika Serikat yang membantu Israel dalam perang Yom Kippur. Untuk mendukung program ini pemerintah membangun kilang penyulingan minyak di Palembang, Cilacap, Balikpapan, dan Sorong.
Seiring perkembangan maka dengan sosialisasi dan kemudahan penggunaan minyak tanah yang disubsidi oleh pemerintah maka masyarakat beralih pada minyak tanah begitu pula mulai munculnya industri otomotif di Indonesia pada tahun 1980 maka penggunaan gasoline (premium) dan solar diesel juga meningkat. Pemerintah pada saat itu juga memberi subsidi pada jenis bahan bakar minyak kendaraan bermotor untuk meningkatkan produktivitas dunia industri dan pertanian guna mencapai pertumbuhan ekonomi melalui Repelita.
Namun seiring dengan itu sejak awal tahun 1990 produksi minyak Indonesia mulai mengalami penurunan secara alami karena kondisi sumur yang sudah tua dan reserve atau cadangan yang mulai menipis. Padahal pengguna kendaraan bermotor semakin tahun juga semakin bertambah akibat pertambahan jalan beraspal selama pembangunan maka dapat dipastikan kebutuhan akan minyak bumi akan semakin meningkat. Tidak adanya eksplorasi baru di Indonesia mengakibatkan laju produksi minyak saat ini hanya mencapai 900.000 barrel/hari berbeda jauh saat masa jaya perminyakan Indonesia pada tahun 1970 yang mencapai 1,5 juta barrel/hari. Konsumsi minyak mentah sendiri saat ini sudah mencapai 1,3 juta barrel/hari. Sehingga dibutuhkan impor dari negara lain dengan menggunakan besaran harga internasional.
Penetapan harga penjualan publik BBM di Indonesia dilakukan dengan metode penetapan Mid Oil Plat’s Singapore (MOPS) yaitu harga minyak rata-rata secara flat dari Singapura. Perhitungan secara general atau simpel adalah seperti ini harga minyak berdasar MOPS+besaran alpha (biaya refinery,distribusi,loss product)+biaya pajak. Secara asumsi kasar bisa digambarkan di bawah ini:
Misal harga minyak mentah dunia per 27 Maret 2012= USD 130/barrel
harga MOPS per tri semester 2012= USD 138/barrel
besaran alpha ditetapkan 10% dari harga MOPS
pajak ditetapkan 15% dari jumlah MOPS dan alpha
1 USD= Rp 9500,- per trimester 2012
1 barrel=158,8457 liter atau dibulatkan 159 liter
harga minyak mentah di Indonesia: USD 138+(138*0,1)= USD 151,8/barrel
jika dirupiahkan: USD 151,8*Rp 9500=Rp 1.442.100,-/barrel
jika dikonversi ke liter: Rp 1.442.100/159=Rp 9069,8113/liter atau dibulatkan Rp 9070,-/liter
Konsumsi BBM jenis premium atau RON (Research Octane Number) 88 di Indonesia adalah 26 juta kiloliter per tahun atau 71232,8767 kiloliter/hari sedangkan produksi minyak nasional adalah 900.000 barrel/hari atau 143.100.000 liter/hari atau 143100 kiloliter/hari. Walau terlihat surplus daripada total konsumsi, jumlah 143100 kiloliter/hari adalah jumlah minyak mentah bukan jumlah premium. Untuk itulah dilakukan penyulingan supaya minyak mentah tersebut bisa diolah menjadi premium siap pakai, umumnya untuk minyak bumi dari Indonesia mampu menghasilkan 10-20% gasoline atau premium dari hasil penyulingan minyak mentah hampir sama dengan minyak mentah dari Arab Saudi (data bisa dilihat disini). Jadi dari 143100 kiloliter/hari tadi maksimal hanya 28620 kiloliter/hari saja yang bisa dijadikan premium.
Oleh karena itu terdapat defisit sebesar: 71232,8767-28620= 42612,8767 kiloliter/hari. Jumlah defisit inilah yang harus diimpor dari negara lain menggunakan dana APBN selain itu dana subsidi juga dipakai untuk mencapai harga jual pokok sebesar Rp 4500,-/liter dari harga produksi murni sebesar Rp. 9070,-/liter.
Dengan demikian akan nampak bahwa dana yang dibutuhkan cukup besar untuk memenuhi konsumsi bahan bakar minyak jenis premium di Indonesia selama rentang waktu satu tahun masa anggaran baik untuk mengimpor minyak maupun mensubsidi harga pokok penjualan di masyarakat. Ada baiknya sebelum pemerintah memangkas dana subsidi sebaiknya juga melakukan efisiensi anggaran belanja lain sehingga dana yang terkumpul dari efisiensi anggaran belanja negara bisa digunakan untuk mencapai harga keekonomian bahan bakar minyak. Harga keekonomian minyak ini bukan berarti subsidi melainkan kompensasi berupa perbaikan jalan, penyediaan transportasi publik yang nyaman dan ramah lingkungan, pengembangan sumber energi terbarukan, pembangunan infrastruktur untuk sumber energi alternatif seperti CNG atau LGV. Dengan demikian masyarakat juga akan belajar bagaimana menggunakan bahan bakar secara bijaksana dan efektif bukan terus berpikir bahwa Indonesia masih punya minyak dan jika habis bisa impor. Dana subsidi juga bisa disalurkan dalam bentuk penyediaan pendidikan dan kesehatan murah, dengan catatan bahwa penyalahgunaan dana anggaran negara bisa diminimalisasi.

Artikel dari kementrian ESDM dengan Source


MIGAS

Gas Kota, Berikan Energi Bersih, Murah, Aman dan Mengurangi Beban Subsidi

JAKARTA. Program pembangunan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga yang saat ini sedang dilakukan pemerintah guna mensubsitusi penggunaan bahan bakar minyak ke Gas Bumi memiliki nilai yang sangat strategis. Karenanya walaupun dengan keterbatasan yang ada pemerintah akan tetap melaksanakan program tersebut untuk meningkatkan pemanfaatan Gas Bumi khususnya untuk sektor rumah tangga.

Total penduduk Indonesia sekitar 230 juta jiwa (62,2 juta KK), secara umum menggunakan 4 jenis bahan bakar (Biomasa, Minyak Tanah, LPG dan Gas Bumi), konsumsi total ke-4 bahan bakar tersebut diatas tahun 2009 nanti diperkirakan akan mencapai 46,29 juta KL setara minyak atau 292,96 juta barel oil equivalent.

Dari ke-4 jenis bahan bakar tersebut diatas, konsumsi Biomasa dan Minyak Tanah masih mendominasi yaitu mencapai 79,73% Biomasa dan 17,35% Minyak Tanah. Sedangkan konsumsi Gas Bumi hanya sebesar 0,05%. Seperti yang sudah diketahui secara umum produksi minyak bumi cenderung menurun sedangkan gas Bumi justru mengalami peningkatan.

Dengan mengalihkan (konversi) pengunaan bahan bakar minyak ke Gas Bumi akan memberikan dampak yang positif baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Keuntungan yang akan diperoleh masyarakat yaitu, masyarakat akan mendapatkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, murah dan aman, sedangkan dari sisi pemerintah dapat mengurangi beban subsidi yang saat ini mencapai Rp. 48,2 Triliun.

" Pengunaan bahan bakar Gas Bumi jelas lebih murah karena harga Gas Bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar lainya. Harga rata-rata Gas Bumi untuk rumah tangga per tanggal 1 Januari 2009 adalah US$ 6,6/MMBTU sedangkan Minyak Tanah bersubsidi yang ditetapkan pemerintah Rp. 2.500/liter atau US$ 6,1/MMBTU, namum besaran harga minyak tanah bersubsidi tersebut dapat mencapai lebih dari Rp.5000/liter atau US$ 12,2/MMBTU ketika sampai di masyarakat", ujar Kepala BPH Migas Tubagus Haryono dalam acara seminar peluang dan tantangan bisnis gas kota, Kamis (28/5).

Konsumsi Minyak Tanah secara nasional tahun 2008 adalah sebesar 7,82 juta KL maka untuk menggantikannya dengan Gas Bumi diperlukan sebanyak 707 MMscfd Gas Bumi. Berdasarkan data cadangan 1 januari 2008, cadangan Minyak Bumi terbukti mencapai 3,747.50 MMSTB, Potensial 4,471.72 MMSTB sehingga total keseluruhan 8,219.22 MMSTB. sedangkan cadangan Gas Bumi terbukti sebesar 112.47 TSCF, potensial 57.60 TSCF sehingga total keseluruhan mencapai 170.07 TSCF.
Data yang telah diolah berdasarkan data diatas
Point penting dari data dan artikel di atas :
1. Dari artikel koran kompas bisa di mengerti bahwa subsidi banyaj menghabiskan duit negara.
2. Dari artikel kementrian ESDM bisa diambil point bahwa :
A. Cadangan minyak telah berkurang akibat daya konsumsi yang tinggi seiring dengan pertumbuhan penduduk.
B. konsumsi Biomasa dan Minyak Tanah masih mendominasi yaitu mencapai 79,73% Biomasa dan 17,35% Minyak Tanah. Sedangkan konsumsi Gas Bumi hanya sebesar 0,05%. Seperti yang sudah diketahui secara umum produksi minyak bumi cenderung menurun sedangkan gas Bumi justru mengalami peningkatan
C. Pengunaan bahan bakar Gas Bumi jelas lebih murah karena harga Gas Bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar lainya. Harga rata-rata Gas Bumi untuk rumah tangga per tanggal 1 Januari 2009 adalah US$ 6,6/MMBTU sedangkan Minyak Tanah bersubsidi yang ditetapkan pemerintah Rp. 2.500/liter atau US$ 6,1/MMBTU, namum besaran harga minyak tanah bersubsidi tersebut dapat mencapai lebih dari Rp.5000/liter atau US$ 12,2/MMBTU ketika sampai di masyarakat
3. Premium di konsumsi untuk kendaraan bermotor atau dikonsumsi oleh orang berduit.
Minyak tanah di konsumsi rakyat untuk memasak atau dikonsumsi oleh orang kalangan menengah kebawah.
Solar dikonsumsi oleh kebutuhan produksi atau mesin - mesin industri.
4. Dari data kementrian ESDM dan data yang sudah diolah bisa dilihat bahwa pada zaman pemerintahan presiden Suharto minyak tanah tidak mengalami kenaikan.

Note :
1. Cagr adalah rata-rata pertumbuhan harga  per tahun.
2. Cagr harga dibandingkan dengan cagr minyak mentah dunia.

Kesimpulan :
Pada pemerintahan presiden Suharto , minyak tanah tidak mengalami perubahan dari tahun 1993 sampai 1998 meskipun sempat naik yang disebabkan oleh krisis ekonomi tp diturunkan lagi ke harga semula. Pada  masa itu rakyat masih banyak menggunakan kayu sebagai bahan bakar memasak yang bisa mengakibatkan populasi hutan jadi berkurang dan mencemari lingkungan dengan asap yang tebal. Sebab itu rakyat diminta untuk mengkonsumsi minyak tanah sebagai bahan bakar pengganti yang lebih efisien.
Melihat data yang telah di olah maka pemerintahan presiden megawati memiliki raport merah sebab harga bbm dinaikan dengan rata-rata 3.4 kali lebih besar dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Dari seluruh kepemimpinan bisa disimpulkan secara rata-rata solar mengalami kenaikan yang besar ( 2.2 kali lebih besar dari kenaikan minyak mentah dunia ) lalu di ikuti oleh minyak tanah ( 1.3 kali ) dan terakhir adalah premium (0.9 kali). Rata-rata keseluruhan adalah 1.4 kali terhadap kenaikan rata-rata minyak mentah dunia (19.41%).
Premium yang notabene di konsumsi kalangan berduit mengambil porsi subsidi yang lebih besar dari pada minyak tanah dan solar. Subsidi sama artinya dengan bantuan dan kenapa orang berduit yang di bantu ?
Akibat dari subsidi premium yang besar mampu menggerakan industri kendaraan bermotor dan mengakibatkan juga harga saham perusahaan astra melambung dari Rp1,950 harga tutupan th 2001 menjadi Rp74,000 hari ini atau secara CAGR harga saham astra bertumbuh 39.18% tiap tahun selama 11 tahun , sebagian besar rakyat indonesia memiliki kendaraan bermotor  Subsidi bisa menyedot duit negara yang pada akhirnya bisa berujung kepada kemelaratan karna banyaknya beban pengeluaran. Jika kita melihat kepada harga memang harga minyak tanah lebih murah ketimbang harga premium tapi jika kita melihat kepada nilai maka nilai minyak tanah maupun solar lebih tinggi dari pada nilai premium. Sebaiknya kita sadar dengan nilai. Nilai akan selalu tercermin kepada harga tapi harga tidak selalu mencerminkan nilai.
Indonesia pada saat ini rasanya memasuki fase midle expansion dari siklus ekonomi dimana nantinya roda-roda industri manufaktur akan bergerak kencang. Bagaimana mafuktur bisa bergerak kencang sementara nilai dari kenaikan harga dalam negri lebih besar dari kenaikan harga minyak mentah dunia ? oleh sebab itu rasanya sangat relevan untuk membantu kegiatan industri manufaktur ketimbang membantu orang berduit sebab dengan membantu kegiatan industri maka negara akan bisa menerima imbal hasil yang lebih banyak ketimbang imbal hasil dari membantu orang berduit hal ini nantinya bisa berujung pada kenaikan saham perusahaan manufaktur. Minyak tanah yang dikonsumsi oleh kalangan menengah kebawah juga memiliki nilai kenaikan yang besar dan bisa dilihat di pemerintahan siapa pun kecuali pemerintahan presiden suharto, minyak tanah memeliki porsi nilai kenaikan yang lumayan tinggi yg menyebabkan negara kekurangan duit karna subsidi dan rakyat tercekik karna nilainya yang juga besar. Selanjutnya dari hal tsb, pemerintah mengambil opsi untuk conversi ke GAS, rakyat dipaksa untuk membayar minyak tanah dengan nilai tinggi agar rakyat mau beralih ke bahan bakar gas. Bahan bakar gas jauh lebih efisien dari pada minyak tanah baik dari segi ekonomis maupun lingkungan. jika rakyat beralih untuk mengkonsumsi gas maka artinya negara tidak mesti mengeluarkan dana subsidi minyak tanah lagi dan cadangan minyak pun sedikit bisa dihemat. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan pada saham perusahaan yang bergerak di sektor GAS.
Negara lain banyak memilih opsi dengan menggunakan bahan bakar yang bersifat renewable energy seperti energy solar (matahari), energy minyak sawit, dll. Tapi di indonesia mereka memilih opsi GAS sebab infrastruktur di indonesia belum memadai, tidak seperti di negara luar.