Skema Investasi

Skema Investasi
Skema Investasi

Ekonomi Cycle

Ekonomi Cycle
Source : http://www.fxwords.com/f/fundamental-analysis.html

Indonesia InterBank Rate

Indonesia Total Car Sales

Indonesian 10Yr Bond Yield

Jakarta Stock Exchange

Fx Info Box

Fx Weekly Range

Fx Monthly Pip Banked

Kamis, 05 April 2012

BBM

Artikel dari kompas dengan Source

Mari Menghitung Harga Bahan Bakar Minyak Secara Sederhana

 

Beberapa hari ini berita tentang rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak atau biasa disebut BBM banyak sekali menghiasi media massa di Indonesia baik media cetak maupun elektronik. Opini serta tanggapan dari berbagai kalangan muncul di berbagai tulisan baik yang pro maupun kontra akan kenaikan BBM yang disubsidi oleh pemerintah. Tulisan ini tak hendak memperkeruh tulisan-tulisan lain atau opini yang sudah dimunculkan oleh berbagai kalangan di media massa melainkan hanya memberi pandangan secara sederhana apa dan bagaimana seharusnya bahan bakar minyak itu dikonsumsi.
Salah satu mantan Menteri Perekonomian di masa Presiden Abdurrahman Wahid yaitu Bapak Kwik Kian Gie telah menjelaskan konsep perhitungan harga BBM bersubsidi, namun ada kalanya kita harus mendefinisikan arti kata subsidi tersebut. Apakah itu subsidi? Dan mengapa subsidi itu harus diberikan pada masyarakat? Subsidi bahan bakar minyak pada awalnya adalah dorongan pemerintah pada masa Presiden Soeharto kepada masyarakat untuk beralih menggunakan minyak tanah atau kerosene pada awal tahun 1970 untuk mengganti bahan bakar rumah tangga waktu itu dari kayu bakar. Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak masih umum digunakan masyarakat kala itu terutama di pedesaan, khawatir akan kerusakan alam dan akibat penebangan kayu secara berlebihan maka pemerintah kala itu mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan minyak tanah dimana harganya akan disubsidi pemerintah mulai dari lifting, produksi, penyulingan, dan distribusi akan ditanggung oleh pemerintah mengingat harga minyak dunia tahun 1970 sempat mencapai 13 USD/barrel akibat krisis politik di Timur Tengah menyusul embargo Arab Saudi terhadap Amerika Serikat yang membantu Israel dalam perang Yom Kippur. Untuk mendukung program ini pemerintah membangun kilang penyulingan minyak di Palembang, Cilacap, Balikpapan, dan Sorong.
Seiring perkembangan maka dengan sosialisasi dan kemudahan penggunaan minyak tanah yang disubsidi oleh pemerintah maka masyarakat beralih pada minyak tanah begitu pula mulai munculnya industri otomotif di Indonesia pada tahun 1980 maka penggunaan gasoline (premium) dan solar diesel juga meningkat. Pemerintah pada saat itu juga memberi subsidi pada jenis bahan bakar minyak kendaraan bermotor untuk meningkatkan produktivitas dunia industri dan pertanian guna mencapai pertumbuhan ekonomi melalui Repelita.
Namun seiring dengan itu sejak awal tahun 1990 produksi minyak Indonesia mulai mengalami penurunan secara alami karena kondisi sumur yang sudah tua dan reserve atau cadangan yang mulai menipis. Padahal pengguna kendaraan bermotor semakin tahun juga semakin bertambah akibat pertambahan jalan beraspal selama pembangunan maka dapat dipastikan kebutuhan akan minyak bumi akan semakin meningkat. Tidak adanya eksplorasi baru di Indonesia mengakibatkan laju produksi minyak saat ini hanya mencapai 900.000 barrel/hari berbeda jauh saat masa jaya perminyakan Indonesia pada tahun 1970 yang mencapai 1,5 juta barrel/hari. Konsumsi minyak mentah sendiri saat ini sudah mencapai 1,3 juta barrel/hari. Sehingga dibutuhkan impor dari negara lain dengan menggunakan besaran harga internasional.
Penetapan harga penjualan publik BBM di Indonesia dilakukan dengan metode penetapan Mid Oil Plat’s Singapore (MOPS) yaitu harga minyak rata-rata secara flat dari Singapura. Perhitungan secara general atau simpel adalah seperti ini harga minyak berdasar MOPS+besaran alpha (biaya refinery,distribusi,loss product)+biaya pajak. Secara asumsi kasar bisa digambarkan di bawah ini:
Misal harga minyak mentah dunia per 27 Maret 2012= USD 130/barrel
harga MOPS per tri semester 2012= USD 138/barrel
besaran alpha ditetapkan 10% dari harga MOPS
pajak ditetapkan 15% dari jumlah MOPS dan alpha
1 USD= Rp 9500,- per trimester 2012
1 barrel=158,8457 liter atau dibulatkan 159 liter
harga minyak mentah di Indonesia: USD 138+(138*0,1)= USD 151,8/barrel
jika dirupiahkan: USD 151,8*Rp 9500=Rp 1.442.100,-/barrel
jika dikonversi ke liter: Rp 1.442.100/159=Rp 9069,8113/liter atau dibulatkan Rp 9070,-/liter
Konsumsi BBM jenis premium atau RON (Research Octane Number) 88 di Indonesia adalah 26 juta kiloliter per tahun atau 71232,8767 kiloliter/hari sedangkan produksi minyak nasional adalah 900.000 barrel/hari atau 143.100.000 liter/hari atau 143100 kiloliter/hari. Walau terlihat surplus daripada total konsumsi, jumlah 143100 kiloliter/hari adalah jumlah minyak mentah bukan jumlah premium. Untuk itulah dilakukan penyulingan supaya minyak mentah tersebut bisa diolah menjadi premium siap pakai, umumnya untuk minyak bumi dari Indonesia mampu menghasilkan 10-20% gasoline atau premium dari hasil penyulingan minyak mentah hampir sama dengan minyak mentah dari Arab Saudi (data bisa dilihat disini). Jadi dari 143100 kiloliter/hari tadi maksimal hanya 28620 kiloliter/hari saja yang bisa dijadikan premium.
Oleh karena itu terdapat defisit sebesar: 71232,8767-28620= 42612,8767 kiloliter/hari. Jumlah defisit inilah yang harus diimpor dari negara lain menggunakan dana APBN selain itu dana subsidi juga dipakai untuk mencapai harga jual pokok sebesar Rp 4500,-/liter dari harga produksi murni sebesar Rp. 9070,-/liter.
Dengan demikian akan nampak bahwa dana yang dibutuhkan cukup besar untuk memenuhi konsumsi bahan bakar minyak jenis premium di Indonesia selama rentang waktu satu tahun masa anggaran baik untuk mengimpor minyak maupun mensubsidi harga pokok penjualan di masyarakat. Ada baiknya sebelum pemerintah memangkas dana subsidi sebaiknya juga melakukan efisiensi anggaran belanja lain sehingga dana yang terkumpul dari efisiensi anggaran belanja negara bisa digunakan untuk mencapai harga keekonomian bahan bakar minyak. Harga keekonomian minyak ini bukan berarti subsidi melainkan kompensasi berupa perbaikan jalan, penyediaan transportasi publik yang nyaman dan ramah lingkungan, pengembangan sumber energi terbarukan, pembangunan infrastruktur untuk sumber energi alternatif seperti CNG atau LGV. Dengan demikian masyarakat juga akan belajar bagaimana menggunakan bahan bakar secara bijaksana dan efektif bukan terus berpikir bahwa Indonesia masih punya minyak dan jika habis bisa impor. Dana subsidi juga bisa disalurkan dalam bentuk penyediaan pendidikan dan kesehatan murah, dengan catatan bahwa penyalahgunaan dana anggaran negara bisa diminimalisasi.

Artikel dari kementrian ESDM dengan Source


MIGAS

Gas Kota, Berikan Energi Bersih, Murah, Aman dan Mengurangi Beban Subsidi

JAKARTA. Program pembangunan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga yang saat ini sedang dilakukan pemerintah guna mensubsitusi penggunaan bahan bakar minyak ke Gas Bumi memiliki nilai yang sangat strategis. Karenanya walaupun dengan keterbatasan yang ada pemerintah akan tetap melaksanakan program tersebut untuk meningkatkan pemanfaatan Gas Bumi khususnya untuk sektor rumah tangga.

Total penduduk Indonesia sekitar 230 juta jiwa (62,2 juta KK), secara umum menggunakan 4 jenis bahan bakar (Biomasa, Minyak Tanah, LPG dan Gas Bumi), konsumsi total ke-4 bahan bakar tersebut diatas tahun 2009 nanti diperkirakan akan mencapai 46,29 juta KL setara minyak atau 292,96 juta barel oil equivalent.

Dari ke-4 jenis bahan bakar tersebut diatas, konsumsi Biomasa dan Minyak Tanah masih mendominasi yaitu mencapai 79,73% Biomasa dan 17,35% Minyak Tanah. Sedangkan konsumsi Gas Bumi hanya sebesar 0,05%. Seperti yang sudah diketahui secara umum produksi minyak bumi cenderung menurun sedangkan gas Bumi justru mengalami peningkatan.

Dengan mengalihkan (konversi) pengunaan bahan bakar minyak ke Gas Bumi akan memberikan dampak yang positif baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Keuntungan yang akan diperoleh masyarakat yaitu, masyarakat akan mendapatkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, murah dan aman, sedangkan dari sisi pemerintah dapat mengurangi beban subsidi yang saat ini mencapai Rp. 48,2 Triliun.

" Pengunaan bahan bakar Gas Bumi jelas lebih murah karena harga Gas Bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar lainya. Harga rata-rata Gas Bumi untuk rumah tangga per tanggal 1 Januari 2009 adalah US$ 6,6/MMBTU sedangkan Minyak Tanah bersubsidi yang ditetapkan pemerintah Rp. 2.500/liter atau US$ 6,1/MMBTU, namum besaran harga minyak tanah bersubsidi tersebut dapat mencapai lebih dari Rp.5000/liter atau US$ 12,2/MMBTU ketika sampai di masyarakat", ujar Kepala BPH Migas Tubagus Haryono dalam acara seminar peluang dan tantangan bisnis gas kota, Kamis (28/5).

Konsumsi Minyak Tanah secara nasional tahun 2008 adalah sebesar 7,82 juta KL maka untuk menggantikannya dengan Gas Bumi diperlukan sebanyak 707 MMscfd Gas Bumi. Berdasarkan data cadangan 1 januari 2008, cadangan Minyak Bumi terbukti mencapai 3,747.50 MMSTB, Potensial 4,471.72 MMSTB sehingga total keseluruhan 8,219.22 MMSTB. sedangkan cadangan Gas Bumi terbukti sebesar 112.47 TSCF, potensial 57.60 TSCF sehingga total keseluruhan mencapai 170.07 TSCF.
Data yang telah diolah berdasarkan data diatas
Point penting dari data dan artikel di atas :
1. Dari artikel koran kompas bisa di mengerti bahwa subsidi banyaj menghabiskan duit negara.
2. Dari artikel kementrian ESDM bisa diambil point bahwa :
A. Cadangan minyak telah berkurang akibat daya konsumsi yang tinggi seiring dengan pertumbuhan penduduk.
B. konsumsi Biomasa dan Minyak Tanah masih mendominasi yaitu mencapai 79,73% Biomasa dan 17,35% Minyak Tanah. Sedangkan konsumsi Gas Bumi hanya sebesar 0,05%. Seperti yang sudah diketahui secara umum produksi minyak bumi cenderung menurun sedangkan gas Bumi justru mengalami peningkatan
C. Pengunaan bahan bakar Gas Bumi jelas lebih murah karena harga Gas Bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar lainya. Harga rata-rata Gas Bumi untuk rumah tangga per tanggal 1 Januari 2009 adalah US$ 6,6/MMBTU sedangkan Minyak Tanah bersubsidi yang ditetapkan pemerintah Rp. 2.500/liter atau US$ 6,1/MMBTU, namum besaran harga minyak tanah bersubsidi tersebut dapat mencapai lebih dari Rp.5000/liter atau US$ 12,2/MMBTU ketika sampai di masyarakat
3. Premium di konsumsi untuk kendaraan bermotor atau dikonsumsi oleh orang berduit.
Minyak tanah di konsumsi rakyat untuk memasak atau dikonsumsi oleh orang kalangan menengah kebawah.
Solar dikonsumsi oleh kebutuhan produksi atau mesin - mesin industri.
4. Dari data kementrian ESDM dan data yang sudah diolah bisa dilihat bahwa pada zaman pemerintahan presiden Suharto minyak tanah tidak mengalami kenaikan.

Note :
1. Cagr adalah rata-rata pertumbuhan harga  per tahun.
2. Cagr harga dibandingkan dengan cagr minyak mentah dunia.

Kesimpulan :
Pada pemerintahan presiden Suharto , minyak tanah tidak mengalami perubahan dari tahun 1993 sampai 1998 meskipun sempat naik yang disebabkan oleh krisis ekonomi tp diturunkan lagi ke harga semula. Pada  masa itu rakyat masih banyak menggunakan kayu sebagai bahan bakar memasak yang bisa mengakibatkan populasi hutan jadi berkurang dan mencemari lingkungan dengan asap yang tebal. Sebab itu rakyat diminta untuk mengkonsumsi minyak tanah sebagai bahan bakar pengganti yang lebih efisien.
Melihat data yang telah di olah maka pemerintahan presiden megawati memiliki raport merah sebab harga bbm dinaikan dengan rata-rata 3.4 kali lebih besar dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Dari seluruh kepemimpinan bisa disimpulkan secara rata-rata solar mengalami kenaikan yang besar ( 2.2 kali lebih besar dari kenaikan minyak mentah dunia ) lalu di ikuti oleh minyak tanah ( 1.3 kali ) dan terakhir adalah premium (0.9 kali). Rata-rata keseluruhan adalah 1.4 kali terhadap kenaikan rata-rata minyak mentah dunia (19.41%).
Premium yang notabene di konsumsi kalangan berduit mengambil porsi subsidi yang lebih besar dari pada minyak tanah dan solar. Subsidi sama artinya dengan bantuan dan kenapa orang berduit yang di bantu ?
Akibat dari subsidi premium yang besar mampu menggerakan industri kendaraan bermotor dan mengakibatkan juga harga saham perusahaan astra melambung dari Rp1,950 harga tutupan th 2001 menjadi Rp74,000 hari ini atau secara CAGR harga saham astra bertumbuh 39.18% tiap tahun selama 11 tahun , sebagian besar rakyat indonesia memiliki kendaraan bermotor  Subsidi bisa menyedot duit negara yang pada akhirnya bisa berujung kepada kemelaratan karna banyaknya beban pengeluaran. Jika kita melihat kepada harga memang harga minyak tanah lebih murah ketimbang harga premium tapi jika kita melihat kepada nilai maka nilai minyak tanah maupun solar lebih tinggi dari pada nilai premium. Sebaiknya kita sadar dengan nilai. Nilai akan selalu tercermin kepada harga tapi harga tidak selalu mencerminkan nilai.
Indonesia pada saat ini rasanya memasuki fase midle expansion dari siklus ekonomi dimana nantinya roda-roda industri manufaktur akan bergerak kencang. Bagaimana mafuktur bisa bergerak kencang sementara nilai dari kenaikan harga dalam negri lebih besar dari kenaikan harga minyak mentah dunia ? oleh sebab itu rasanya sangat relevan untuk membantu kegiatan industri manufaktur ketimbang membantu orang berduit sebab dengan membantu kegiatan industri maka negara akan bisa menerima imbal hasil yang lebih banyak ketimbang imbal hasil dari membantu orang berduit hal ini nantinya bisa berujung pada kenaikan saham perusahaan manufaktur. Minyak tanah yang dikonsumsi oleh kalangan menengah kebawah juga memiliki nilai kenaikan yang besar dan bisa dilihat di pemerintahan siapa pun kecuali pemerintahan presiden suharto, minyak tanah memeliki porsi nilai kenaikan yang lumayan tinggi yg menyebabkan negara kekurangan duit karna subsidi dan rakyat tercekik karna nilainya yang juga besar. Selanjutnya dari hal tsb, pemerintah mengambil opsi untuk conversi ke GAS, rakyat dipaksa untuk membayar minyak tanah dengan nilai tinggi agar rakyat mau beralih ke bahan bakar gas. Bahan bakar gas jauh lebih efisien dari pada minyak tanah baik dari segi ekonomis maupun lingkungan. jika rakyat beralih untuk mengkonsumsi gas maka artinya negara tidak mesti mengeluarkan dana subsidi minyak tanah lagi dan cadangan minyak pun sedikit bisa dihemat. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan pada saham perusahaan yang bergerak di sektor GAS.
Negara lain banyak memilih opsi dengan menggunakan bahan bakar yang bersifat renewable energy seperti energy solar (matahari), energy minyak sawit, dll. Tapi di indonesia mereka memilih opsi GAS sebab infrastruktur di indonesia belum memadai, tidak seperti di negara luar.